Pages

Navigation Menu

Kota Kreatif Dunia dari UNESCO

PEKALONGAN – Kota Pekalongan dinobatkan sebagai Kota Kreatif Dunia dari UNESCO, untuk kategori Craft and Folk Arts atau Kerajinan dan Kesenian Rakyat, baru-baru ini. Dengan predikat tersebut, Kota Pekalongan menjadi kota pertama di Asia Tenggara, dan masuk dalam jaringan Kota Kreatif UNESCO bersama kota-kota lain dari penjuru dunia.
Di dunia baru ada 16 kota saja untuk kategori kerajinan dan kesenian rakyat, dan di Asia Tenggara baru satu-satunya dan diraih oleh Kota Pekalongan, Indonesia ini. Di dunia, secara keseluruhan baru ada 69 kota yang dinobatkan sebagai Kota Kreatif Dunia,” kata Walikota Pekalongan M Basyir Ahmad saat berbicara dalam acara Dialog sejarah dengan SKPD dan perwakilan komunitas se-Kota Pekalongan, di rumah dinas Walikota, Jumat (9/1).
Disampaikan Basyir, UNESCO merupakan sebuah organisasi PBB yang menangani pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. UNESCO merupakan lembaga kredibel yang tidak mudah untuk disogok atau mudah diintervensi. Dipilihnya Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif itu murni melalui pertimbangan dan penilaian yang matang. “Ini murni terjadi. Tidak mungkin UNESCO bisa disogok. Mereka itu lembaga kredibel,” ujarnya.
Meminta Usulan
Basyir menjelaskan, saat itu, pada 2013 pihaknya meminta usulan agar Kota Pekalongan bisa jadi Kota Kreatif Dunia. Akhirnya setelah direvisi dan dievaluasi dari beberapa kota yang diusulkan di antaranya Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar, Kota Pekalongan pada akhir 2014 lalu menjadi salah satu jejaring Kota Kreatif Dunia.
Dari lima kota, alhamdulillah Kota Pekalongan yang terpilih dan di Indonesia bahkan Asia Tenggara belum ada. Kalau pun ada lagi nanti semacam ini, baru ada setelah 4-5 tahun lagi. Itu artinya Kota Pekalongan sulit terkejar oleh Kota-kota lain,” kata Basyir.
Disampaikan Basyir, perjalanan Kota Pekalongan menjadi salah satu Kota Kreatif Dunia, tak lepas dari peran serta masyarakat dan nenek moyang terdahulu. Termasuk sejak lama telah melestarikan kerajinan batik yang telah bertahan hingga sekarang ini.
Bahkan sebelumnya, pada 2009, batik telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya bukan benda. “Sejak batik diakui UNESCO, pertumbuhan ekonomi masyarakat meningkat hingga 5,8 persen, dan terus naik. Ini tentunya tal epas dari perjuangan nenek moyang kita yang melestarikan batik,” ujarnya. (enn-49)
 
(SUMBER : SUARA MERDEKA, 12-01-2015)

0 komentar: